Fences dan Moonlight adalah beberapa contoh film adaptasi terbaik tahun 2016.Mengadaptasi dari drama teater karya August Wilson yang juga berpartisipasi menjadi screenwriter pada film ini.Menceritakan seorang pria bernama Troy Maxson yang memiliki hidup penuh liku-liku.Yang dulunya ia pemain Baseball,sekarang ia hanya seorang pekerja Sanitasi di Pittsburgh.Ia tinggal bersama istrinya Rose(Viola Davis) selama delapan belas tahun.Bersama kakaknya Gabriel Maxson(Mykelty Williamson) yang harus mengalami disabilitias akibat Perang Dunia kedua.Lalu putranya Cory(Jovan Adepo) yang berumur tujuh belas memiliki impian yang sama menjadi seorang pemain Baseball.Tentu hal tesebut menimbulkan konflik dengan ayahnya yang dulu juga pemain Baseball namun dipecat akibat diskriminasi kulit hitam waktu itu.Terlihat penuh masalah namun tidak hanya itu,banyak konflik demi konflik menghantui kehidupan-nya.Troy menyebutnya sebagai The Grim Reaper.
Ya begitulah,sejatinya Fences juga dimaksudkan sebagai salah satu isu"black"-film di Oscar tahun ini.Tanpa mendengar premis-nya saja,pemikiran tersebut akan langsung mencuat kala melihat production design-nya.Mulai dari poster suram dan serba hitam,naskah garapan August Wilson yang sudah dimainkan para cast sejak beberapa tahun yang lalu.Lalu kursi sutradara dan pemeran utama yang disandang Denzel Washington bersama bantuan nama besar seperti Viola Davis,Fences dipenuhi nama-nama besar yang berasal dari kulit hitam.Namun jangan salah,film ini bukanlah film blackxploitation.
Memang ada isu rasisme,namun juga ada isu-isu sosial lainya yang turut menghiasi seperti politik,agama,bahkan kehidupan rumah tangga dan hal tersebut disampaikan begitu menyentil namun tidak sampai menyinggung ataupun membuat sentimental.Semua terlihat hanya semata-mata plot device bagi apa yang dialami sang tokoh dan itu adalah hal yang bagus karena genre sejati film ini adalah drama,bukan blackxploitation apalagi film ini diangkat dari sebuah stage play yang begitu mengandalkan akting dan plot sebagai kekuatan utama bila terlepas dari tata panggung atau properti di panggung.Saya belum pernah menonton film yang diadaptasi dari sebuah stage play sebelumnya atau mungkin saya tidak tahu.Namun Fences sebagai film adapted screenplay tidak memberikam treatment tertentu kala membawa penampilan teater ke dalam bentuk sinema dan tentu saja hal itu bukan masalah,namun apa yang menjadi spesial?Bagi anda yang gemar menonton pertunjukan teater,mungkin anda tahu keterbatasan visual adalah satu hal yang menganggu pada saat menonton apabila tidak berada di posisi tertentu apalagi panggung tapal kuda,anda tidak akan bisa terlalu mengamati ekspresi sang pemain dibawah gemerlap lighting.Sekedar pengetahuan saja anda bisa googling gambar panggung tapal kuda dalam teater.Ya,dengan adaptasi ke sinema kita tentu bisa melihat jelas ekspresi sang aktor kala memainkan peran namun Fences urung melalukan close-up.Kekuatanya adalah dimana shot-demi-shot dihadirkan semi teatrikal sehingga masih ada rasa play di dalamnya.
Kata-kata yang dilontarkan cenderung bermain alegori.Beberapa pernyataan karakter Troy acapkali tentang bagaimana ia menantang "sang malaikat kematian" atau "The Grim Reaper" memang cukup puitis bagi saya merepresentasikan kehidupan yang berusaha memukul kita berkali-kali.Dinamika yang dihadirkan sangat runtut membuat intensitas terjaga layaknya drama sejati selama kurang lebih durasi 100 menit.Tentu saja dua cast menawan tersebutlah penyebabnya.Denzel Washington hadir sebagai figur seorang ayah yang dihantam begitu banyak konflik mulai dari diskriminasi,kemiskinan,godaan nafsu,ego yang tinggi,dijebloskan ke penjara,kesulitan dalam parenting dan lain-lain pun urung dimainkan berantakan oleh Denzel.Setiap kali ia muncul di layar,intensitas emosi selalu naik dan menarik membawa pengaruh besar pada jalanya cerita(tentu saja dia pemeran utama)apalagi hebatnya disini Denzel juga berada di kursi sutradara,jadi ia harus paham betul akting macam apa yang ia inginkan untuk adegan demi adegan.Cast muda seperti Jovan Adepo juga mendukung alih-alih annoying,semua tokoh saling mengisi layaknya puzzle yang saling berkesinambungan.Namun kekuatan terbesar tersimpan pada Viola Davis,dimana ia bersikap dan menuturkan setiap dialog ia mampu meluapkan emosi hingga titik tertinggi namun tetap terkontrol alih-alih over-acting.Viola benar-benar mampu mengisi peran-nya dengan baik,ia berhasil membawakan karakter Rose begitu kuat meski mengalami banyak problematika.
SUMMARY
"I've been standing in the same spot as you"
Salah satu sajian emotional drama yang kuat di Oscar tahun ini.Fences lebih universal jika anda mengira film ini sekedar bercerita perihal isu diskriminasi kulit hitam padahal sudah jelas kan bahwa "pagar" sudah dibangun untuk menghindari problematika yang banyak?itu artinya bukan hanya soal diskriminasi saja bung.One of the best of the year!
RATING
9.7/10
Komentar
Posting Komentar