Mungkin bisa dibilang adalah babak ketiga dari trilogi yang dimulai album “ True ” dan “ A Seat at The Table ”, atau juga bisa dibilang sekuel dari autobiografi personal “ A Seat at The Table ”. Tidak ada yang dapat menjelaskan secara periodik, tetapi yang jelas “ When I Get Home ” tetaplah sebuah sajian eksperimental dari Solange, lebih jauh lagi hingga menyentuh ranah visual album meski hanya dengan total tiga puluh menit. Namun estetika yang diberikan sangat simbolik, ikonik, penuh makna, penuh karakter khas era baru Solange. Terdiri dari sembilan belas track, yang sebenarnya tak memiliki runtime terlalu lama tetapi cukup menegaskan bahwa When I Get Home tentunya adalah sebuah concept album . Maka dari itu tidak dapat saya lakukan track by track review , belum lagi saya tentunya tidak dapat menilai interlude . Namun sejauh ini track paling standout di tengah tentunya adalah Almeda. Hasil dari build up terpapar rapih sejak Things I Imagine, S McRegor, Down With
Keyakinan saya pada kualitas film horor modern muncul ketika The Conjuring hadir di tengah kita dan memuncak saat saya mengetahui Get Out memenangkan piala oscar dan meraih banyak nominee . Saya mulai memperhatikan perkembangan film horor dengan berbagai macam genre bahkan horror-comedy . Kala kritikus dan penonton Cannes dibuat ketakutan sekaligus terperangah hingga menyatakan film ini adalah film terseram sejak The Exorcist , maka antusiasme saya semakin tinggi dan tidak terlalu khawatir untuk kecewa karena terdapat campur tangan rumah produksi A24 dalam film ini. Jika anda sudah melihat dan familiar dengan karya Ari Aster dengan film pendeknya seperti The Strange Things About Johnsons atau Beau , maka Hereditary adalah debut yang sangat memuaskan mengingat ini adalah full-leng th feature film pertamanya sekaligus menyumbang the best movie of the year , setidaknya menurut saya sejauh ini. Kisah dibuka dengan suasana yang sudah t